Aqiqah adalah salah satu tradisi atau ibadah dalam agama Islam yang melibatkan penyembelihan hewan sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran seorang anak. Jika seseorang memilih untuk tidak menggunakan jasa aqiqah dan melakukannya sendiri, ada beberapa kekurangan yang mungkin timbul:
1. **Kesulitan Teknis**: Proses aqiqah yang melibatkan tata cara yang spesifik dalam pemilihan hewan yang sesuai, penyembelihan, dan pembagian daging. Jika seseorang tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman dalam hal ini, prosesnya mungkin tidak dilakukan dengan benar atau sesuai aturan syariat.
2. **Waktu dan Energi**: Persiapan dan pelaksanaan aqiqah memerlukan waktu dan usaha yang signifikan. Jika seseorang melakukan semuanya sendiri, ini bisa menjadi beban tambahan di tengah kesibukan sehari-hari.
3. **Pengeluaran**: Memilih untuk tidak menggunakan jasa aqiqah komersial mungkin terasa lebih hemat dari segi biaya, tetapi ini juga bisa berarti lebih
banyak pengeluaran dalam waktu dan usaha pribadi. Selain itu, jika tidak dikelola dengan baik, biaya bisa meningkat karena kurangnya pengalaman dalam bernegosiasi atau mencari hewan yang sesuai dengan harga yang wajar.
4. **Kualitas dan Kebersihan**: Jika tidak dilakukan dengan benar, penyembelihan dan pemrosesan daging bisa menghadirkan masalah terkait kualitas dan kebersihan. Penggunaan jasa aqiqah yang profesional dapat memastikan bahwa semua proses dilakukan dengan standar yang sesuai dengan aturan Islam.
5. **Pembagian dan Distribusi**: Salah satu aspek penting dari aqiqah adalah membagikan daging kepada orang-orang yang membutuhkan, terutama fakir miskin. Jika tidak dilakukan dengan baik, pendistribusian daging bisa menjadi tidak merata atau tidak mencapai orang-orang yang benar-benar membutuhkan.
6. **Kualitas dan Kesesuaian Hewan**: Memilih hewan yang sesuai untuk aqiqah memerlukan pengetahuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi. Tanpa bantuan profesional, seseorang mungkin kesulitan memilih hewan yang memenuhi kriteria syariat.
Penting untuk diingat bahwa sementara menggunakan jasa aqiqah dapat memberikan kenyamanan dan kepercayaan bahwa semua aspek ibadah tersebut diurus dengan baik, inti dari aqiqah adalah niat dan tujuan yang baik di hati, serta kepatuhan terhadap ajaran agama. Jika seseorang memutuskan untuk melakukannya sendiri, langkah-langkah yang hati-hati dan pengkajian yang mendalam terhadap tata cara dan persyaratan aqiqah sangat penting.
Setiap orangtua pada umumnya ingin memberi yang terbaik bagi buah hatinya. Diantaranya dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Oleh karenanya, penting bagi orangtua untuk mengetahui berbagai informasi terutama menyiapkan MPASI pertama.
Supaya pertumbuhan dan perkembangan buah hati dapat tercapai dengan optimal, WHO merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan pertama. Setelah melewati 6 bulan, buah hati dapat diberi ASI dan MPASI. Pada masa 6 hingga 12 bulan merupakan saat-saat yang rawan untuk pertumbuhan buah hati.
Sebagai referensi untuk menambah wawasan Anda dalam persiapan MPASI pertama, pada usia 6 bulan buah hati dapat diberi MPASI. Hal ini disebabkan karena ASI dan susu formula sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan nutrisi buah hati.
Bayi yang sudah berusia 6 bulan dapat diberi berbagai macam menu MPASI pertama seperti bubur susu, sayuran tumbuk, buah atau biskuit yang dihaluskan. Dalam pemberian MPASI sebaiknya disesuaikan dengan usia dan kesiapan buah hati dalam mengkonsumsi makanan selain ASI.
Ragam Kesalahan MPASI Pertama yang Kerap Terjadi
Memang, memberikan MPASI pertama kerap menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Belum adanya pengalaman atau pengetahuan yang memadai membuat orang tua kerap melakukan kesalahan yang tentu membuat MPASI yang diberikan kurang maksimal.
Dalam kesempatan kali ini akan dibahas kesalahan menyiapkan MPASI pertama yang sering terjadi. Agar buah hati Anda dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sebaiknya Anda menghindari kesalahan-kesalahan berikut:
1. Memberikan MPASI Terlalu Dini
Ada kalanya orang tua keliru dalam memahami anjuran memberi makanan padat pada usia 6 bulan. Oleh karenanya, bisa jadi buah hati diberi makanan padat berupa MPASI terlalu dini, sebelum usia 6 bulan. Padahal selama 6 bulan pertama sebaiknya hanya diberi ASI secara eksklusif.
Selain memperhatikan kesiapan buah hati dalam menerima MPASI, pemberian MPASI sebaiknya menunggu buah hati hingga usianya 6 bulan. Setelah usia 6 bulan baru diberi makanan lembut selain ASI.
2. Terlalu Memaksakan Menyuapi Bayi
Berbagai makanan yang pertama kali dikonsumsi bayi merupakan hal baru baginya. Dari segi rasa maupun tekstur tentu berbeda dengan ASI. Maka cukup wajar bila reaksi bayi pertama kali MPASI belum sesuai dengan apa yang anda harapkan.
Anda tidak perlu berkecil hati bila si Kecil menolak makanan yang Anda berikan. Anda dapat mencoba untuk memberi waktu agar buah hati Anda terbiasa dengan berbagai rasa dan tekstur makanan. Hindari memaksakan untuk menyuapi anak, hal ini dapat menyebabkan trauma.
3. Terlambat Memberikan MPASI
Jika memberikan MPASI terlalu dini dalam dapat berdampak tidak baik, maka terlambat dalam memberi MPASI juga dapat berdampak buruk.
Feeding Littles memberikan saran kepada para orangtua agar tidak menunda-nunda pemberian MPASI melebihi 7 bulan. Setelah usia buah hati 6 bulan sebaiknya segera diberi MPASI.
Keterlambatan dalam pemberian MPASI dapat menyebabkan orangtua terlambat untuk mendeteksi jika buah hati memiliki alergi terhadap suatu makanan. Makanan yang biasanya dapat memicu alergi misalnya telur, susu sapi, ikan, kedelai, kacang-kacangan, gandum, dan kerang.
4. Terlalu Lama Memberi Makanan Bertekstur Lembut
Makanan bertekstur lembut memang relatif aman untuk buah hati, apalagi jika orangtua merasa khawatir buah hatinya tersedak makanan. Namun, jika buah hati terlalu lama diberi makan yang teksturnya lembut, hal ini dapat memungkinkan buah hati mengalami kesulitan dalam mencerna makanan yang lebih utuh.
Hasil dari sebuah penelitian menyatakan bahwa bayi yang tidak makan makanan kental di usia 9 bulan berisiko lebih tinggi untuk mengalami kesulitan makan di masa mendatang. Kemampuan dasar bayi yang berkaitan dengan mulut dapat berkembang sesuai bertambahnya usia.
Maka, sebaiknya orang tua segera mengupayakan untuk secara bertahap memberi makanan bertekstur lebih kasar. Adapun langkah yang dapat dilakukan saat usia bayi di antara 6 hingga 9 bulan dapat dicoba pemberian makanan dengan tekstur konsisten yang diawali dari makanan lembut dan cincang halus. Selanjutnya di usia 9 hingga 12 bulan secara bertahap dapat diberi makanan lunak dan cincang kasar.
5. Memberikan Makanan Dengan Gizi Tidak Seimbang
Menu MPASI harus mengandung gizi yang simbang. Berbagai nutrisi yang dibutuhkan buah hati tidak dapat dipenuhi jika hanya minum ASI maupun susu formula. Oleh sebab itu, MPASI harus terdiri dari karbohidrat, lemak, vitamin, protein, dan mineral secara seimbang.
MPASI yang tidak seimbang dapat berpotensi meningkatkan asupan garam yang berlebihan ke dalam tubuh buah hati. Jika hal ini terjadi, kerja ginjal semakin berat. Selain itu juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi di kemudian hari.
Maka Anda perlu memastikan dalam memberikan MPASI yang bergizi seimbang. MPASI yang bernutrisi akan menjadikan si Kecil merasa kenyang sehingga dapat mempermudah Anda dalam menidurkan bayi.
6. Memberikan Jus Buah Terlalu Banyak
Sebelum buah hati berusia satu tahun, sebaiknya tidak diberi terlalu banyak jus buah. Hal ini sesuai dengan anjuran dari American Academy of Pediatrics (AAP). Jus buah tidak mengandung vitamin dan mineral yang cukup untuk buah hati Anda, maka perlu dilengkapi nutrisi dari sumber makanan yang lainnya.
Apalagi beberapa jus buah yang rasanya terlalu manis maupun masam dapat berdampak buruk bagi kesehatan gigi, bahkan dapat menyebabkan diare. Untuk itu dalam memberikan jus buah perlu diatur porsinya.
Jangan membatasi MPASI hanya dengan buah dan sayur saja. Sebaiknya Anda tetap memberikan MPASI yang bergizi seimbang. Misalnya kebutuhan karbohidrat dapat berasal dari nasi atau kentang, kebutuhan protein dan lemak dapat berasal dari telur atau daging.
Itulah beberapa kesalahan menyiapkan MPASI pertama yang kerap terjadi. Dengan menghindari kesalahan dalam pemberian MPASI akan berdampak baik pada kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan buah hati Anda. Semoga dapat membantu memperkaya wawasan terkait perawatan pada bayi.
Bedong bayi baru lahir masih sering dijumpai di kehidupan modern saat ini. Meskipun manfaat menjadi alasannya, tetapi tanpa adanya pengetahuan justru akan membahayakan buah hati. Lantas bagaimana sebenarnya langkah supaya bedong bisa memberi manfaat?
Masyarakat meyakini, saat bayi dibedong ia akan mendapatkan kenyamanan. Transisi dari rahim ibunya ke dunia nyata memang membutuhkan perlakuan khusus. Hal tersebut dilakukan agar jabang bayi tidak kaget serta menjadi sarana beradaptasi.
Hanya saja, cara bedong bayi yang salah nantinya bisa berdampak buruk pada buah hati. Agar tidak memberikan efek negatif, alangkah baiknya seseorang mengetahui cara bedong yang tepat serta berlatih terlebih dahulu sebelum benar-benar praktek pada bayi.
Resiko Kesalahan Bedong Bayi Baru Lahir
Masa manusia pada usia bayi adalah waktu rentan. Pasalnya pada saat itu tulang bayi masih sangat lemah. Ketika seseorang melakukan kesalahan dalam proses membedong, banyak resiko yang mengancam sang buah hati.
Sampai saat ini dunia medis telah mencatat banyak kejadian buruk akibat kesalahan dalam membedong. Dari yang berpengaruh pada struktur tulang bahkan hingga kematian. Tentu Anda tidak ingin hal ini terjadi pada buah hati bukan?
Dunia medis mengenal istilah Sudden Infant Death Syndrome (SIDS). Hal ini adalah kejadian pada bayi berusia dibawah satu tahun yang tiba-tiba meninggal dunia, padahal kondisinya sehat. Salah satu penyebab dari SIDS adalah kesalahan dalam membedong.
Dengan fenomena tersebut, dunia medis berharap agar orang tua memperhatikan cara membedong bayi baru lahir. Dimulai dari penggunaan kain yang sesuai sampai pemantauan bayi setelah dalam posisi dibedong. Jika tidak maka potensi keburukan tersebut bisa terjadi. Meskipun ada sebagian akibat yang tidak terlihat secara langsung, dampak negatif seperti displasia panggul dan kaki bengkok adalah dampak yang sering ditemui.
Membedong bayi adalah salah satu bagian merawat bayi baru lahir peninggalan leluhur. Saat dilakukan dengan benar, akan memberi manfaat pada pertumbuhan bayi. Namun jika terjadi kesalahan, akibat buruk sudah menanti.
Langkah Bedong Bayi Baru Lahir
Untuk mengurangi resiko hal buruk akibat membedong, langkah berikut dapat dijadikan sebagai referensi:
1. Siapkan Kain
Pertama yang perlu dilakukan adalah menyiapkan kain. Pastikan memilih kain bertekstur lembut serta tipis. Para leluhur masa lalu biasa menggunakan kain jarik, tetapi bisa juga menggunakan kain lain seperti kain katun atau selimut tipis.
Setelah itu lipat satu bagian ke dalam bagian lain. Buat kain menjadi bentuk segitiga. Hal ini untuk mempermudah juga memaksimalkan fungsi.
2. Letakkan Bayi
Setelah itu letakkan bayi di atas kain dengan posisi terlentang. Taruh bayi pada salah satu sisi kain yang telah dilipat, pastikan leher berada di luar kain. Boleh pada bagian kanan atau kiri tergantung posisi ternyaman.
Lipat satu bagian ke bawah tubuh bayi dengan posisi tangan terkuat mengangkatnya. Lakukan hingga rapi, jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar. Terlalu ketat bisa akibatkan bayi sulit bernafas. Sementara terlalu longgar dikhawatirkan menimbulkan lilitan.
3. Menutup Kaki
Kain yang tersisa pada bagian bawah digunakan untuk menutup kaki bayi. Namun jangan sampai membuat lipatan terlalu kuat. Satu kondisi bayi tidak dibedong kaki bengkok tetapi lilitan yang terlalu kuat juga akan mengubah posisi tulang.
4. Menutup Bedong
Terakhir jika ada kain yang tersisa dapat difungsikan untuk menutup dan merapikan bedong. Posisi tangan bayi dapat diletakkan di atas dadanya serta sekalian dilipatkan dari kain sisa. Hal ini agar mengurangi efek saat bayi terkejut.
Melakukan langkah ini adalah untuk mengurangi resiko bayi kesempitan. Namun disisi lain juga tidak terlalu longgar agar menghindarkan bayi dari resiko terlilit terutama pada bayi yang mulai aktif.
Sampai Kapan Bayi Dibedong?
Sebagaimana yang telah disinggung di atas, fungsi dari membedong adalah untuk memberikan rasa nyaman dan sarana bayi beradaptasi. Dengan melihat fakta bayi baru lahir, perlakuan khusus tersebut tentu memiliki batasan agar tidak menimbulkan dampak negatif.
Para pakar memberikan penjelasan, ketika sudah sampai pada batas usia tertentu bayi akan mulai aktif. Jika bedong tidak dilepaskan, maka keberadaannya justru akan menghambat pertumbuhan sang buah hati.
Meskipun pertumbuhan bayi berbeda-beda, dunia medis memberikan batas rata-rata berhenti membedong adalah pada usia 2-3 bulan. Pada usia tersebut mayoritas bayi sudah mulai aktif dengan menggerak-gerakkan tangan dan menendangkan kaki.
Bahkan pada usia tersebut ada sebagian bayi yang bisa tengkurap. Jika sampai bayi dalam posisi tengkurap dengan kondisi terbedong, tentu hal itu akan sangat berbahaya.
Di samping itu pertumbuhan bayi yang semakin aktif akan membakar metabolisme dalam tubuh. Keadaan tubuh yang panas akan menghasilkan keringat. Dengan keadaan terbedong, keadaan panas tersebut akan membuatnya tak nyaman dan tersiksa.
Satu hal yang pasti adalah orang tua maupun pengasuh bayi dituntut untuk peka. Dengan perkembangan yang terjadi pada buah hati, orang tua harus selalu tangkas dan sigap. Pada banyak kejadian, kecelakaan bayi dibedong adalah karena faktor terlenanya orang tua.
Perlukah Bedong Bayi Baru Lahir?
Dengan melihat efek bayi tidak dibedong serta banyaknya manfaat, membedong bayi diperlukan terutama yang baru lahir. Tetapi melakukannya tidak boleh sembarangan dan alangkah baik jika berlatih terlebih dahulu.
Selain membedong, anak yang baru lahir disyariatkan untuk diberikan aqiqah khususnya yang beragama Islam. Dengan melaksanakan syariat dan membedong dengan panduan para medis, keselamatan bayi akan lebih terjamin.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan aqiqah, Padi Aqiqah siap memberikan pelayan. Memiliki banyak pengalaman, pengerjaan akan maksimal dan mengikuti syariat. Semoga Allah memberikan kesehatan pada setiap bayi yang lahir di bumiNya, Aamiin.
Merawat bayi tidak bisa dipandang sebelah mata. Terlebih untuk kasus bayi kembar. Tentu perawatan bayi kembar bisa menjadi lebih kompleks ketimbang perawatan satu bayi sebagaimana umum terjadi.
Selain karakter bayi yang rentan terhadap gangguan, juga pola komunikasi bayi yang relatif lebih sulit untuk dipahami ketimbang memahami anak yang sudah bisa bisa berkomunikasi secara verbal. Ini baru soal pola komunikasi dan aktivitas. Belum soal-soal lain yang sifatnya materil. Mulai dari sandang sampai dengan pangan tentu saja menjadi lebih banyak ketimbang satu bayi.
Tapi tenang, semua ada jalan keluarnya. pendekatan paling rasional adalah di aspek manajemen. Muli dari manajemen waktu, manajemen keuangan, sampai dengan manajemen emosi. Berikut ini hal-hal yang bisa bunda pertimbangkan untuk mengurangi kerumitan merawat bayi kembar.
Tips Mudah Perawatan Bayi Kembar
Apakah betul beberapa tips berikut akan menjadikan perawatan si kembar jadi mudah? Tentu saja tidak. Karena tips tetaplah tips. Tips hanya sekedar pendekatan. Yang membuat perawatan bayi kembar menjadi benar-benar mudah adalah bunda itu sendiri. Setidaknya, beberapa tips berikut sedikit banyak bisa membantu meringankan tugas bunda dalam merawat bayi kembar.
1. Kenali dan Catat Kebiasaan Si Kembar
Meski kembar, tetap saja kedua bayi kembar tersebut memiliki rutinitas yang berbeda. Meski begitu rutinitas keduanya tetap memiliki pola yang sama atau setidaknya hampir sama. Pola inilah yang perlu untuk ditemukan dan dipahami oleh para bunda.
Untuk langkah awal, bunda cukup fokus pada rentang aktivitas, bukan detail aktivitas. Contoh jam tidur kedua bayi meski beda tetap dimungkinkan ada di rentang waktu berdekatan. Rentang waktu tidur keduanya inilah yang bisa disebut sebagai pola.
Hal-hal lainnya yang juga perlu untuk para bunda temukan polanya adalah terkait dengan berapa kali bayi menyusu dalam sehari, durasi jam tidur si kembar tidur, rentang si kembar buang air, termasuk efek alergi si bayi, dan masih banyak lagi.
Dengan berbekal pola, bunda menjadi lebih fokus pada rentang aktivitas yang sama, bukan detail perbedaan aktivitas si kembar. tentu dengan begini bunda akan sangat terbantu.
2. Buat Satu Jadwal untuk Si Kembar
Nah, setelah pola si kembar ditemukan, selanjutnya pola tersebut perlu dikonversi jadi jadwal. Ya, jadwal rutinitas si kembar. Jadwal inilah yang nantinya akan membantu para bunda merawat si kembar dalam jadwal yang sama.
Dengan jadwal yang sama, bunda tidak perlu melakukan hal yang sama di dua jadwal berbeda. Beberapa aktivitas yang bisa disatukan di satu jadwal antara lain memberikan asi, menidurkan, makan, dan lain sebagainya.
3. Belanja Perlengkapan Bayi Secara Online
Belanja offline dengan cara bepergian membawa si kembar sekaligus tentu tidak sederhana. Belum lagi ketika bayi rewel di jalan. Oleh karenanya, jika barang masih mungkin untuk didapatkan secara online maka sebaiknya Anda mencukupkan diri dengan berbelanja secara online.
Dengan berbelanja secara online, setidaknya para bunda bisa menghemat tenaga dan waktu untuk jarak tempuh perjalanan. Meski di waktu yang sama belanja online juga memiliki kekurangan. Ketidakpuasan gambar barang dengan fakta barang misalnya.
4. Maksimalkan Prepare
Persiapan yang matang akan sangat menentukan seberapa mudah dan sederhana sebuah aktivitas. Ambil contoh memandikan si kembar, persiapan yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan baju ganti, handuk, dan berbagai perawatan kulit bayi di tempat yang mudah dijangkau.
Dengan cara persiapan matang ini jelas akan sangat membantu para bunda dalam mengefektifkan kegiatan atau rutinitas.
5. Sabar dan Atur Pernapasan
Sabar dan mengatur ulang pernapasan adalah kunci pokok menghadapi kerewelan bayi. Terlebih jika ada insiden-insiden mengkhawatirkan. Maka untuk mengurangi tekanan, atur ulang pernapasan.
Rehat sejenak juga layak untuk para bunda dan bunda lakukan. Tidak ada salahnya untuk duduk sejenak menghela nafas. bunda juga manusia. Dan lelah adalah hal yang sangat manusiawi.
6. Bergabung dengan Komunitas Bunda Beranak Kembar
Tips lain yang juga bisa bunda atau orangtua lakukan adalah bergabung dengan komunitas orang tua beranak kembar. Pendekatan ini bisa dibilang cukup efektif setidak untuk membesarkan hati dan memupuk kesabaran. Karena Anda tidak akan merasa sendirian.
Selain membantu menguatkan mental, bergabung dengan komunitas ini juga bisa menjadi wadah berbagi pengalaman, berbagi ilmu dan hal-hal baru dari para bunda dan orang tua bayi kembar yang lebih berpengalaman.
7. Luangkan Waktu untuk Me Time
Mengasuh dan merawat bayi kembar harus diakui lebih menguras tenaga dan emosi ketimbang merawat satu bayi. Bahkan tidak sedikit bunda yang merasa stres karena hampir-hampir tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Jika ini terjadi, sudah waktunya para bunda untuk meluangkan waktu sejenak ulang mengisi daya.
Lakukan hal-hal yang para bunda senangi. Nonton drakor, atau sekadar tidur lebih lama. Maka selama masa me time ini bunda bisa meminta bantuan pasangan atau keluarga untuk sementara menggantikan menjaga si kembar.
8. Gunakan Barang Bergender Netral
Terakhir, bunda tidak perlu repot-repot untuk membeli dua barang untuk masing-masing bayi kembar bunda. Baju misalnya. Karena bunda bisa mengambil opsi untuk membeli baju bayi dengan gender netralberikut lemari bajunya. Terlebih jika bayi kembar Bunda sepasang atau perempuan dan laki-laki. Demikian halnya dengan berbagai barang lainnya yang sikembar butuhkan.
Demikian itulah ulasan singkat seputar tips mudah dalam merawat bayi kembar. Semoga dengan ulasan kali ini para bunda menjadi sedikit terbantu. Jangan lupa share dan nantikan ulasan menarik lainnya. Sekian dan terima kasih.
Cara Menidurkan Bayi – Di satu tahun pertamanya, bayi membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Tak heran jika ia bisa menghabiskan separuh harinya untuk tidur. Namun, ada kalanya bayi rewel dan susah tidur, sehingga membuat Ibu harus mencari cara menidurkan bayi agar bisa terlelap lagi.
Terkadang momen seperti ini membuat para orang tua baru bingung hingga bisa menjadi momen emosional karena belum terbiasa dengan siklus tidur bayi yang tak menentu.
Perlu diketahui bahwa waktu tidur yang cukup memiliki peran penting terhadap perkembangan kognitif si Kecil, mulai dari kemampuan berpikir, memahami, dan mengelola informasi, hingga belajar bahasa. Untuk itu, Ibu perlu mengetahui cara menidurkan bayi supaya si Kecil mendapatkan istirahat yang cukup, terutama saat ia sedang rewel dan susah tidur.
Selain itu, tidur juga memiliki banyak manfaat lain untuk bayi, di antaranya dapat merangsang tumbuh kembang otak, hormon pertumbuhan, serta bisa menjaga daya tahan tubuh.
Waktu Tidur Bayi
Jika orang dewasa membutuhkan jam tidur sebanyak 7-8 jam, hal ini berbeda dengan bayi. Jam tidur bayi bervariasi tergantung pada usianya. Supaya mengetahui cara menidurkan bayi dengan benar, Ibu perlu tahu dulu waktu tidur bayi berdasarkan usia, yaitu:
Bayi baru lahir, pola tidur bayi pada usia ini masih belum teratur. Biasanya, total waktu tidur bayi baru lahir adalah 16 jam. Pembagiannya adalah 8-9 jam di malam hari dan 8 jam di siang hari. Bayi usia 1-2 bulan, di usia ini, biasanya bayi sudah mulai mengenali siang dan malam. Total waktu tidurnya adalah 15,5 jam, yang terbagi antara 8-9 jam di malam hari dan 7 jam di siang hari.
Bayi usia 3-6 bulan, untuk bayi di usia ini, total tidurnya adalah 15 jam, dengan pembagian jam tidur bayi antara 9-10 jam di malam hari dan 4-5 jam di siang hari. Bayi usia 6-9 bulan, memasuki usia 6 bulan, total waktu tidur bayi berkurang menjadi 14 jam dalam sehari, dengan pembagiannya antara 10 jam di malam hari dan 4 jam di siang hari.
Bayi usia 9-12 bulan, biasanya memasuki rentang usia ini, bayi kemungkinan besar akan sulit tidur atau bahan tidak mau tidur jika tidak bersama orang tuanya. Rata-rata total tidurnya adalah 14 jam, dengan pembagian sebanyak 11 jam di malam hari dan 3 jam di siang hari.
Siklus tidur bayi memang belum normal, terkadang bisa terlelap di siang hari dan terjaga di malam hari. Namun, rata-rata waktu tidur di atas bisa menjadi acuan Ibu supaya dapat menentukan waktu tidur yang tepat untuk si Kecil. Selain itu, ada beberapa penyebab bayi susah tidur yang perlu Ibu ketahui. Sebab, penyebab ini bisa menjadi jawaban agar Ibu mengetahui cara menidurkan bayi dengan benar.
Berikut adalah beberapa penyebab bayi susah tidur, yaitu : merasa lapar dan haus, terlalu Lelah, sakit, tidak tidur siang, tidak mau jauh dari Ibu, merasa tidak aman dan nyaman, jam waktu tidur tidak menentu, dan kurang mendapat sinar matahari.
Cara Menidurkan Bayi
Berikut ini beberapa cara menidurkan bayi yang bisa Ibu lakukan di rumah, antara lain:
1. Memberikan ASI
Cara menidurkan bayi yang efektif adalah dengan memberikan ASI karena di dalamnya terkandung melatonin (hormon yang membantu tidur). Jadi, jika sudah memasuki jam tidurnya, berikan si Kecil ASI secara langsung maupun melalui botol.
2. Memenuhi Asupan Nutrisi
Selain memberikan ASI, cara menidurkan bayi yang sudah berusia lebih dari 6 bulan adalah dengan mencukupi asupannya dari air putih dan MPASI yang mengandung nutrisi lengkap serta berkualitas, meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
Kebutuhan nutrisi ini penting untuk mendukung tumbuh kembang optimal si Kecil. Pastikan Ibu memberikan MPASI bernutrisi jika si Kecil sudah berusia 7-12 bulan agar ia merasa kenyang di siang dan sore hari, serta bisa lebih mudah tidur di malam hari.
3. Memijat Lembut
Salah satu cara menidurkan bayi yang bisa Ibu lakukan adalah dengan memijat tubuhnya setelah ia mandi di sore hari atau sebelum waktu tidur malamnya tiba. Pijatan yang lembut bisa membuat si Kecil lebih rileks dan nyaman. Ibu bisa memijat bagian lengan, punggung, kaki, dan perut dengan menggunakan baby oil atau minyak pijat khusus bayi.
4. Mengajak Berjemur
Cara menidurkan bayi selanjutnya adalah rutin mengajaknya keluar rumah. Bayi perlu mendapatkan sinar matahari sore agar lebih mudah tertidur serta untuk mendapatkan vitamin D yang baik untuk pertumbuhan tulangnya. Ajaklah si Kecil keluar rumah di pagi hari untuk berjemur dan di sore hari.
Cara ini bisa Ibu lakukan terutama jika si Kecil sudah memasuki usia yang lebih aktif. Sebaiknya Ibu tidak mengajak si Kecil beraktivitas terlalu berat saat mendekati jam tidurnya. Ini penting agar ia tidak merasa kelelahan. Lebih baik memberikan rutinitas yang menenangkan dan membuat rileks, seperti memijat, membaca buku, dan mendengarkan suara atau musik yang menenangkan.
6. Memberi Pereda Rasa Sakit
Saat si Kecil sakit, maka cara menidurkan bayi yang bisa Ibu lakukan adalah dengan memberikan pereda rasa sakit. Jika demam, berikan obat kompres. Bila pilek dan batuk, olesi dada, leher, dan punggungnya dengan salep khusus bayi atau menyalakan humidifier di kamar agar suasananya jadi lebih nyaman dan rileks.
Itulah beberapa cara menidurkan bayi yang bisa Ibu lakukan setiap hari atau jika si Kecil sedang rewel. Sebenarnya cara menidurkan bayi yang paling utama adalah dengan menciptakan rutinitas yang sama setiap malam sehingga si Kecil merasa nyaman dan lebih mudah tidur. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda.
Ketika anda dikaruniai bayi yang baru lahir dan terlihat sehat, maka biasanya bayi anda dan juga ibundanya akan diperbolehkan untuk tinggal dirumah dan mulai merawat bayi yang baru lahir secara mandiri. Ada banyak hal yang harus diperhatikan ketika merawat bayi. Salah satunya adalah anda harus mengetahui cara merawat tali pusar bayi dengan benar.
Bayi yang baru lahir memang rentan terkena berbagai gangguna kesehatan. Seperti gangguan pencernaan, gangguan nafas pada bayi dan ganngguan kesehatan lainnya. Selain itu bayi juga menjadi rentan terkena infeksi dari bakteri dan virus. Bakteri dan virus bisa masuk melalui jalur mana saja salah satunya adalah luka pada tali pusar bayi.
Karena itu bagi anda yang baru saja memiliki momongan, anda harus mengetahui dengan benar cara merawat tali pusar bayi. Anda bisa membaca artikel dari PadiAqiqah.Com perusahaan penyedia layanan aqiqah cilacap ini. Berikut ulasannya !
Cara Merawat Tali Pusat Bayi
Tali pusar bayi harus dirawatdengan cara yang benar. Agar tidak terjadi masalah di kemudian hari, maka anda harus mengetahui cara merawat tali pusar bayi dengan benar. Perawatan tali pusat bayi baru lahir tidak boleh dilakukan sembarangan. Cara merawat tali pusar bayi yang benar meliputi:
1. Menjaga Tetap Kering
Sebagaimana luka terbuka lainnya, untuk mempercepat pemulihannya maka luka harus dijaga agar tetap kering. Hal ini juga berlaku ubntuk tali pusar bayi. Pastikan untuk menjaga area tali pusar bayi tetap kering. Kondisi basah dapa tmenyebabkan luka dari tali pusar yang di potong akan lama keringnya.
Pilihlah pakaian berbahan lembut, menyerap keringat, dan memungkinkan untuk terjadi sirkulasi udara dengan baik di kulitnya. Jangan memakaikan pakaian yang menutupi seluruh tubuh bayi ketika bayi masih belum puput tali pusarnya. Ketika memandikan bayi, pastikan pada bagian tali pusar pada bayi tidak terkena air.
2. Menjaga Kebersihan
Kotoran pada bagian tali pusar bayi akan mengakibatkan masalah kedepannya. Untuk mmembersihkannya anda tidak perlu membasuh tali pusat dengan alkohol atau zat kimia lainnya. Anda bisa membersihkan dengan air. Cara mengeringkannya juga harus menggunakan kain yang lembut atau mengipasinya hingga kering.
Pastikan sebelum melakukan perawatan tali pusat bayi, jangan lupa untuk mencuci tangan anda terlebih dahulu karena ketika tangna anda terkontaminasi bakteri maka bakteri tersebut bisa pindah ke tali pusar bayi. Tali pusat kemungkinan lebih cepat mengering dan akan terlepas sendiri jika dibiarkan saja.
Karena kulit bayi lebih sensitif maka berbagai cairan dan zat kimia seperti alkohol, sabun, atau cairan antiseptik lainnya tidak diperkenankan untuk digunakan membersihkan tali pusar bayi. Bahan tersebut justru dapat mengiritasi kulit di sekitar tali pusat dan menyebabkan lebih lama untuk pulih. Selain itu hindari penggunaan bedak, salep dan obat herbal lainnya untuk dioleskan ke tali pusar bayi. Pemberian obat pada tali pusar harus menurut petunjuk dari dokter.
3. Lepas Secara Alami
Cara merawat tali pusar bayi dengan benar adalah dengan cara membiarkan terlepas dengan alami. Jika anda memaksakan untuk melepas tali pusat dengan menariknya, maka akan dapat menyebabkan pendarahan dan infeksi. Untuk infeksi tahap selanjutnya menjadikan badan bayi menjadi panas.
Mandikan bayi dengan cara membasuh badannya menggunakan washlap atau spons mandi agar tali pusar tidak terkena air yang nantinya akan memperlama proses pemulihan tali pusar pada bayi.
4. Perhatikan Hal Berikut
Untuk menjaga agar area tali pusar tetap kering dan bersih maka saat memakaikan popok bayi, usahakan tali pusat tidak tertutup popok. Dengan menutup tali pusar dengan popok bayi maka area tali pusar rentan terkena air seni atau tinja sehingga bisa timbul infeksi tali pusar.
Selama proses penyembuhan akan terjadi perubahan warna pada tali pusar. Setelah bayi dilahirkan, tali pusat biasanya berwarna kekuningan dan mengkilap. Seiring waktu, tali pusat akan mengering dan warna tali pusat akan menjadi cokelat, abu-abu, keunguan, kebiruan, lalu menjadi hitam. Setelah menghitam dan menyusut maka tali pusar akan puput dengan sendirinya.
Jangan khawatir jika ada sedikit darah, cairan bening atau kuning dan sisa jaringan di tali pusar si kecil yang puput. Cairan ini dengan sendirinya akan segera hilang.
Anda perlu mewaspadai hal berikut ini dan perlu penanganan dokter jika tali pusar bayi menunjukan tanda-tanda infeksi. Tanda infeksi tersebut adalah sebagai berikut :
Bayi kesakitan ketika di sentuh pada bagian tali pusar
Terdapat nanah di tali pusar.
Bayi menjadi demam.
Kulit di sekitar area tali pusat bengkak dan berwarna kemerahan.
Tali pusat berbau tidak sedap.
Terjadi pendarahan terus-menerus dan tidak normal.
Jika bayi anda mengalami masalah infeksi tali pusar atau ganggan kekebalan tubuh maka biasanya tali pusarnya belum puput meskipun bayi telah berusia 3-6 minggu. Jika bayi anda mengalami hal demikan maka anda harus segera membawanya ke dokter.
Itulah beberapa ulasan cara merawat tali pusar bayi baru lahir dengan tepat. Untuk merawat bayi memang diperlukan kesabaran dan kehati-hatian. Semoga artikel ini memberikan manfaat untuk anda semuanya. Jangan lupa membaca artikel kami lainnya mengenai kejang pada bayi yang perlu diperhatikan. Terima kasih.