Bayi yang baru lahir memiliki tubuh yang masih lemah sehingga perlu perawatan ekstra dari ibunya atau dari petugas medis jika mengalami masalah kesehatan. Jika bayi sudah lahir dan dengan proses yang lancar dan normal maka seorang ayah perlu sigap melakukan hal yang dibutuhkan, salah satunya adalah perawatan. Merawat bayi sesuai anjuran nabi perlu di lakukan agar mendapat berkah dari Allah Ta’ala. Inilah salah satu hal yang harus di lakukan ketika bayi lahir.

Diazankan

Merawat Bayi Sesuai Anjuran Nabi
Mengadzani bayi. Sumber Ruang Muslimah

Ada suatu pendapat yang mengatakan bahwa jika seorang bayi terlahir ke dunia, maka seorang ayah harus mengazankan bayi di telinga kanan dan mengiqomatkan di telinga kiri. Azan dan iqomat dikumandangkan di telinga bayi memiliki kandungan yang luar biasa. Dilakukannya adzan dan iqomat di telinga bayi yang baru lahir bertujuan agar sang anak pertama kali didengarnya kalimat thayyibah yang artinya kalimat yang mengagungkan Allah SWT.

Selain bayi mendengar kalimat yang baik sang bayi akan diingatkan terhadap persaksian pertamanya saat ia masih di dalam ruh saat pertama kali diciptakan dan dituntut untuk bersyahadat. Lantunan azan yang didengarkan di telinga bayi yang baru lahir menurut perkataannya Ibnul Qayyim bahwa, agar suara pertama yang didengar adalah seruan yang mengandung makna keagungan Allah SWT. Yang disertakan syahadat.

Dalil ulama yang menganjurkan agar bayi yang baru lahir harus di adzankan adalah :

Dari ‘Ubaidillah bin Abi Rofi’, dari ayahnya (Abu Rofi’), beliau berkata

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ

“Aku telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumandangkan adzan di telinga Al Hasan bin ‘Ali ketika Fathimah melahirkannya dengan adzan shalat.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Al Husain bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ الصَّلَاةَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى لَمْ تَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ

“Setiap bayi yang baru lahir, lalu diadzankan di telinga kanan dan dikumandangkan iqomah di telinga kiri, maka ummu shibyan tidak akan membahayakannya.” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Ibnu Sunny dalam Al Yaum wal Lailah). Ummu shibyan adalah jin (perempuan).

Dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan,

أذن في أذن الحسن بن علي يوم ولد ، فأذن في أذنه اليمنى ، وأقام في أذنه اليسرى

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adzan di telinga al-Hasan bin ‘Ali pada hari beliau dilahirkan maka beliau adzan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri.” (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)

Namun ada beberapa pendapat ulama yang mengatakan dalil yang ada di atas memiliki status yang lemah atau dhoif, sehingga segala amalan tidak akan berguna jika bertumpu pada hadits yang lemah. Artinya pendapat mengenai diadzankannya bayi yang baru lahir masih dalam perdebatan, dan anda bisa berkonsultasi dengan ulama untuk perkara ini.

banner iklan promo paket aqiqah spesial dari Padi Aqiqah

Mentahnik

Merawat Bayi Sesuai Anjuran Nabi
Mentahnik Bayi. Sumber innetzone.id

Tahnik adalah menyuapi bayi dengan kurma yang sudah dihaluskan. Dalam islam cara tahnik ini memang sudah disyariatkan perihal merawat bayi sesuai anjuran nabi, Hal ini sesuai dengan riwayat berikut ini :

Hadits Abu Burdah dari Abu Musa Radhiyallahu anhu, dia berkata,

 وُلِدَ لِى غُلاَمٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ وَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ

Aku pernah dikaruniai anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya nama Ibrâhîm dan mentahnîknya dengan sebiji kurma (tamr). (Dikeluarkan oleh al-Bukhâri 5467,  Fathul Bâri) Muslim (2145, Nawawi), Ahmad (4/399), al-Baihaqi dalam al-Kubra (9/305) dan asy-Syu’ab karya beliau (8621, 8622).

Hadits Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu , dia berkata:

 كَانَ ابْنٌ ِلأَبِي طَلْحَةَ يَشْتَكِي، فَخَرَجَ أَبُو طَلْحَةَ فَقُبِضَ الصَّبِيُّ فَلَمَّا رَجَعَ أَبُو طَلْحَةَ قَالَ: مَا فَعَلَ الصَّبِيُّ؟ قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: هُوَ أَسْكَنُ مِمَّا كَانَ. فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ الْعَشَاءَ، فَتَعَشَّى ثُمَّ أَصَابَ مِنْهَا، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَتْ: وَارِ الصَّبِيَّ. فَلَمَّا أَصْبَحَ أَبُو طَلْحَةَ أَتَى رَسُولَ اللهِ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ: أَعْرَسْتُمُ اللَّيْلَةَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: اَللّهُمَّ بَارِكْ لَهُمَا. فَوَلَدَتْ غُلاَمًا قَالَ لِي أَبُو طَلْحَةَ: اِحْمَلْهُ حَتَّى تَأْتِيَ بِهِ النَّبِيَّ فَقَالَ: أَمَعَهُ شَيْءٌ؟ قَالُوا: نَعَمْ تَمَرَاتٌ. فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ فَمَضَغَهَا ثُمَّ أَخَذَ مِنْ فِيهِ فَجَعَلَهَا فِي الصَّبِيِّ وَحَنَّكَهُ بِهِ وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللهِ.

Dahulu, anak Abu Thalhah sakit, (tapi)  Abu Thalhah (tetap) keluar rumah. Tidak berselang lama, anak itu meninggal dunia. Setelah pulang, Abu Thalhah bertanya, ‘Apa yang dilakukan oleh anak itu?’ Ummu Sulaim Radhiyallahu anhuma menjawab, ‘Dia lebih tenang dari sebelumnya.’ Kemudian Ummu Sulaim Radhiyallahu anhuma menghidangkan makan malam kepadanya, selanjutnya Abu Thalhah menggaulinya. Setelah selesai, Ummu Sulaim Radhiyallahu anhuma berkata, ‘Tutupilah anak ini.’

Dan pada pagi harinya, Abu Thalhah mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya memberitahu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah kalian bercampur tadi malam?’ ‘ Ya,’ jawabnya. Beliau pun bersabda, ‘Ya Allâh, berikanlah keberkahan kepada keduanya.’ Maka Ummu Sulaim pun melahirkan seorang anak laki-laki. Lalu Abu Thalhah Radhiyallahu anhu berkata kepadaku (Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu ),   ‘Bawalah anak ini sampai engkau mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah ada sesuatu yang menyertainya (ketika di bawa kesini?’ Mereka menjawab, ‘Ya, beberapa biji kurma.’ Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil kurma itu, lantas mengunyahnya, lalu mengambilnya kembali dari mulut beliau dan meletakkannya di mulut anak tersebut kemudian mentahniknya dan memberinya nama ‘Abdullah.” (HR. Al-Bukhâri no. 5470 dan Muslim no. 2144)

Beberapa ketentuan mentahnik bayi  diantaranya :

  • Dianjurkan menggunakan kurma, jika tidak ada maka diperbolehkan menggunakan madu.
  • Dengan cara kurma dikunyah dan kemudian diletakkan di langit-langit mulut bayi.
  • Orang yang disuruh mentahnik sebaiknya orang yang saleh di kampungnya.
  • Orang yang mentaknik sang bayi hendaknya mendoakan kebaikan untuk sang bayi.

Setelah sang ayah mengazankan dan mengiqomatkan,kemudian dilanjutkan dengan mentahnik mulut bayi dengan kurma atau madu dan yang terakhir dilakukan saat bayi bar lahir ke dunia hendaknya memberikan nama untuk bayi tersebut. Untuk ritualpenguburan ari ari bayi pada tempat tertentu adalah kepercayaan Jawa saja.

Aqiqah

Merawat Bayi Sesuai Anjuran Nabi
Aqiqah bayi. Sumber flickr

Pada dasarnya aqiqah adalah salah satu sunnah yang dianjurkan nabi, hukumnya sunnah muakad. Anda bisa melaksanakan aqiqah secara mandiri atau bisa juga diserahkan kepada jasa aqiqah seperti jasa aqiqah Purwokerto untuk anda yang berdomisili di Purwokerto. Yang dilaksanakan dalam aqiqah adalah penyembelihan hewan aqiqah, pemberian nama bayi, bercukur dan memberikan sedekah.

Aqiqah sesuai sunnah dilaksanakan di hari ketujuh, keempat belas, dan kedua puluh satu. Penentuan waktu ini yang disepakati oleh berbagai mazhab.  Pendapat jumhur ulama waktu yang disunnahkan untuk menyembelih hewan aqiqah adalah hari ketujuh setelah kelahiran bayi, akan tetapi jika mengaqiqahkan bayi diluar hari ketujuh jumhur ulama berpendapat berbeda-beda.

Mazhab Syafi’i dan Hambali membolehkan pelaksanaan aqiqah pada saat waktu bayi baru dilahirkan dan tidak harus menunggu hari ketujuh. Dan kedua mazhab ini tidak memperbolehkan melakukan aqiqah sebelum bayi itu dilahirkan dari rahim ibunya. Pendapat menurut mazhab hanafi dan maliki membolehkan pelaksanaan aqiqah pada hari ketujuh setelah bayi dilahirkan.

Demikian penjelasan mengenai merawat bayi sesuai anjuran nabi yang bisa anda teladani. Semoga ulasan diatas dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Jangan lupa membaca artikel kami lainnya tentang kejang pada bayi yang perlu diwaspadai. Terimakasih.